MAKALAH TENTANG ETOS KERJA
19 Maret, 2018
Tulis Komentar
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nyalah, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik tepat pada
waktunya.
Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
pelajaran al-qur’an hadits di ma al-karomah pamekasan, dengan judul makalah “Etos
Kerja”.
Dalam
penyelesaian makalah ini, kami diharapkan mampu memahami mengenai materi
tentang etos kerja,. Walaupun dalam
penulisannya banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya
ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah
ini mungkin masih jauh dari kata sempurna, dengan masih banyaknya kekurangan
dalam makalah ini, penulis sangat membutuhkan kritik dan saran dari pembaca,
dengan harapan kedepan supaya makalah ini dapat lebih sempurna lagi dan berguna bagi kita semua.
Pamekasan
,21 Februari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR
ISI.................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A.
Latar
Belakang .............................................................................. 1
B.
Rumusan
Masalah ........................................................................ 1
C.
Tujuan
Penulisan............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
A.
Pengertian ETOS KERJA ............................................................. 3
B.
ETOS
KERJA DALAM ISLAM ................................................. 3
C.
Komponen
Dasar Etos Kerja.......................................................... 4
D.
Ciri
– Ciri Etos Kerja Islami ........................................................ 6
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 8
..... A. Kesimpulan
.................................................................................... 8
..... B. Saran
.............................................................................................. 8
DAFTAR
PUSTAKA .................................................................................. 9
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Agama Islam yang berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits
sebagai tuntunan dan pegangan bagi kaum muslimin mempunyai fungsi tidak hanya
mengatur dalam segi ibadah saja melainkan juga mengatur umat dalam memberikan tuntutan
dalam masalah yang berkenaan dengan kerja ini, Rasulullah SAW bersabda:
اعمل للدنيا كأنك تعيش ابدا واعمل للأخرة كأنك تموت غادا
“Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu
hidup selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok.”
Dalam ungkapan lain dikatakan juga, “Tangan di atas
lebih baik dari pada tangan di bawah, Memikul kayu lebih mulia dari pada
mengemis, Mukmin yang kuat lebih baik dari pada mukslim yang lemah. Allah menyukai mukmin yang kuat
bekerja.” Nyatanya
kita kebanyakan bersikap dan bertingkah laku justru berlawanan dengan
ungkapan-ungkapan tadi.
Padahal dalam situasi globalisasi saat ini, kita dituntut
untuk menunjukkan etos kerja yang tidak hanya rajin, gigih, setia, akan tetapi
senantiasa menyeimbangkan dengan nilai-nilai Islami yang tentunya tidak boleh
melampaui rel-rel yang telah ditetapkan al-Qur’an dan as-Sunnah.
B. Rumusan Masalah
a)
Apa
pengertian etos kerja ?
b)
Bagaimana
etos kerja dalam islam ?
c)
Bagaimana
komponen dasar etos kerja ?
d)
Bagaimana
ciri-ciri etos kerja islami ?
C. Tujuan Penulisan
a)
Menetahui
pengertiaan etos kerja.
b)
Mengetahui
etos kerja dalam islam.
c)
Mengetahui
komponen dasar etos kerja.
d)
Mengetahui
cirri-ciri etos kerja islami.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etos Kerja
Kamus
Wikipedia menyebutkan bahwa etos berasal dari bahasa Yunani; akar katanya
adalah ethikos, yang berarti moral atau menunjukkan karakter moral. Dalam
bahasa Yunani kuno dan modern, etos punya arti sebagai keberadaan diri, jiwa,
dan pikiran yang membentuk seseorang. Pada Webster's New Word Dictionary, 3rd
College Edition, etos didefinisikan sebagai kecenderungan atau karakter; sikap,
kebiasaan, keyakinan yang berbeda dari individu atau kelompok. Bahkan dapat
dikatakan bahwa etos pada dasarnya adalah tentang etika.
Etika tentu bukan hanya dimiliki
bangsa tertentu. Masyarakat dan bangsa apapun mempunyai etika; ini merupakan
nilai-nilai universal. Nilai-nilai etika yang dikaitkan dengan etos kerja
seperti rajin, bekerja, keras, berdisplin tinggi, menahan diri, ulet, tekun dan
nilai-nilai etika lainnya bisa juga ditemukan pada masyarakat dan bangsa lain.
Kerajinan, gotong royong, saling membantu, bersikap sopan misalnya masih
ditemukan dalam masyarakat kita. Perbedaannya adalah bahwa pada bangsa tertentu
nilai-nilai etis tertentu menonjol sedangkan pada bangsa lain tidak.
B.
Etos Kerja dalam Islam
Ethos
berasal dari bahasa Yunani yang berarti sikap, kepribadian, watak, karakter
serta keyakinan atas sesuatu. Sikap
ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan
masyarakat. Ethos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya serta
sistem nilai yang diyakininya. Dari kata etos ini dikenal pula kata etika yang
hamper mendekati pada pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan
baik buruk moral sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah atau semangat
yang amat kuat untuk mengerjakan sesuati secara optimal lebih baik dan bahkan
berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin.
Dalam
al-Qur’an dikenal kata itqon yang berarti proses pekerjaan yang
sungguh-sungguh, akurat dan sempurna. Etos kerja seorang muslim adalah semangat
untuk menapaki jalan lurus, dalam hal mengambil keputusan pun, para pemimpin
harus memegang amanah terutama para hakim. Hakim berlandaskan pada etos jalan
lurus tersebut sebagaimana Dawud ketika ia diminta untuk memutuskan perkara
yang adil dan harus didasarkan pada nilai-nilai kebenaran, maka berilah
keputusan (hukumlah) di antara kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang
dari kebenaran dan tunjuklah (pimpinlah) kami ke jalan yang lurus
C. Komponen Dasar Etos Kerja
a. Iman dan Taqwa
Yang
dinamakan iman adalah meyakini di dalam hati, menyatakannya dengan lisan, dan
malaksanakannya dengan perbuatan. Kata taqwa
(al-taqwa) dan kata-kata kerja serta kata-kata benda yang dikaitkan dengannya
memiliki tiga arti, menurut Abdullah Yusuf Ali pertama, takut kepada Allah,
merupakan awal dari ke’arifan. Kedua, menahan atau menjaga lidah, tangan dan hati
dari segala kejahatan. Ketiga, ketaqwaan, ketaatan dan kelakuan baik.
Setiap
pribadi muslim harus menyakini bahwa nilai iman dan taqwa akan terasa
kelezatannya apabila secara nyata dimanifestasikan dalam bentuk amal sholeh
atau tindakan kreatif dan prestatif. Iman dan taqwa merupakan energi batin yang
memberi cahaya pelita untuk mewujudkan identitas dirinya sebagai bagian dari
umat yang terbaik.
Dalam
Al-qur’an banyak memuat ayat yang manganjurkan taqwa dalam setiap perkara dan
pekerjaan. Ayat-ayat tentang keimanan selalu diikuti dengan ayat-ayat kerja,
demikian pula sebaliknya. Ayat seperti “orang-orang yang beriman” diikuti
dengan ayat “dan mereka yang beramal sholeh”. Jika Allah SWT ingin menyeru
kepada orang-orang mukmin dengan nada panggilan seperti “Wahai orang-orang yang
beriman”, maka biasanya diikuti oleh ayat yang berorentasi pada kerja dengan
muatan ketaqwaan, di antaranya, “keluarkanlah sebagian dari apa yang telah kami
anugerahkan kepada kamu”, “janganlah kamu ikuti/rusakkan sedekah-sedekah (yang
telah kamu keluarkan) dengan olokan-olokan dan kata-kata yang menyakitkan” ;
“wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah”.
Keterkaitan ayat-ayat tersebut
memberikan pengertian bahwa taqwa merupakan dasar utama etos kerja, apapun
bentuk dan jenis pekerjaan, maka taqwa merupakan petunjuknya. Memisahkan kerja
dengan iman berarti mengucilkan Islam dari aspek kehidupan dan membiarkan kerja
berjalan pada wilayah kemaslahatannya sendiri, bukan dalam kaitannya
perkembangan individu, kepatuhan dengan Allah, serta pengembangan umat manusia.
2. Niat (komitmen)
Pembahasan mengenai pandangan Islam tentang etos kerja barang kali dapat
dimulai dengan usaha menangkap makna sedalam-dalamnya sabda Nabi yang amat
terkenal bahwa nilai setiap bentuk kerja itu tergantung kepada niat-niat yang
dipunyai pelakunya, jika tujuannya tinggi (tujuan mencari ridha Allah) maka
iapun akan mendapatkan nilai kerja yang tinggi, dan jika tujuannya rendah (hanya
bertujuan memperoleh simpati sesama manusia belaka), maka setingkat tujuan itu
pulalah nilai kerjanya tersebut.Tinggi rendahnya nilai kerja itu diperoleh
seseorang sesuai dengan dengan tinggi rendah nilai komitmen yang dimilikinya.
Dan komitmen atau niat adalah suatu bentuk pilihan dan keputusan pribadi yang
dikaitkan dengan sistem nilai (value system) yang dianutnya. Oleh karena
itu komitmen atau niat juga berfungsi sebagai sumber dorongan batin bagi
seseorang untuk mengerjakan sesuatu dengan sunggguh-sungguh.
Telah
dikatakan bahwa niat atau komitmen ini merupakan suatu keputusan dan pilihan
pribadi, dan menunjukkan keterikatan kita kepada nilai-nilai moral serta
spiritual dalam pekerjaan kita. Karena nilai-nilai moral dan spiritual itu
bersumber dari Allah dengan ridha atau perkenan-Nya, maka secara keagamaan
semua pekerjaan dilakukan dengan tujuan memperoleh ridho dan perkenan
Allah itu. Oleh karena itu, sebaiknya diberi penegasan bahwa pekerjaan yang
dilakukan tanpa tujuan luhur yang terpusat pada usaha mencapai ridho Allah
berdasarkan iman kepadanya itu adalah bagaikan fartamurgana. Yakni, tidak
mempunyai nilai-nilai atau makna yang suptansial apa-apa.
D. Ciri
– Ciri Etos Kerja Islami
1. Baik dan Bermanfaat
Islam hanya memerintahkan atau menganjurkan pekerjaan yang
baik dan bermanfaat bagi kemanusiaan, agar setiap pekerjaan mampu memberi nilai
tambah dan mengangkat derajat manusia baik secara individu maupun kelompok.
2. Kemantapan
atau perfectness
Kualitas kerja yang mantap atau perfect merupakan
sifat pekerjaan Tuhan (baca: Rabbani), kemudian menjadi kualitas pekerjaan
yang islami yang berarti pekerjaan mencapai standar ideal secara teknis.
Untuk itu, diperlukan dukungan pengetahuan dan skill yang
optimal. Dalam konteks ini, Islam mewajibkan umatnya agar terus menambah atau
mengembangkan ilmunya dan tetap berlatih.
3. Kerja Keras,
Tekun dan Kreatif.
Kerja keras, yang dalam Islam diistilahkan dengan mujahadah
dalam maknanya yang luas seperti yang didefinisikan oleh Ulama adalah ”istifragh
ma fil wus’i”, yakni mengerahkan segenap daya dan kemampuan yang ada
dalam merealisasikan setiap pekerjaan yang baik. Dapat juga diartikan sebagai
mobilisasi serta optimalisasi sumber daya. Sebab, sesungguhnya Allah SWT telah
menyediakan fasilitas segala sumber daya yang diperlukan, tinggal peran manusia
sendiri dalam memobilisasi serta mendaya gunakannya secara optimal, dalam
rangka melaksanakan apa yang Allah ridhai.
4. Berkompetisi dan
Tolong-menolong
Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya menyerukan persaingan dalam
kualitas amal shalih. Pesan persaingan ini kita dapati dalam beberapa ungkapan
Qur’ani yang bersifat “amar” atau perintah, seperti “fastabiqul
khairat” (maka, berlomba-lombalah kamu sekalian dalam kebaikan. Oleh
karena dasar semangat dalam kompetisi islami adalah ketaatan kepada
Allah dan ibadah serta amal shalih, maka wajah persaingan itu tidaklah seram;
saling mengalahkan atau mengorbankan. Akan tetapi, untuk saling membantu (ta’awun).
5. Objektif (Jujur)
Sikap ini dalam Islam diistilahkan dengan shidiq, artinya
mempunyai kejujuran dan selalu melandasi ucapan, keyakinan dan amal perbuatan
dengan nilai-nilai yang benar dalam Islam. Tidak ada kontradiksi antara
realita dilapangan dengan konsep kerja yang ada. Dalam dunia kerja dan usaha
kejujuran ditampilakan dalam bentuk kesungguhan dan ketepatan, baik ketepatan
waktu, janji, pelayanan, mengakui kekurangan, dan kekurangan tersebut
diperbaiki secara terus-menerus, serta menjauhi dari berbuat bohong atau menipu
6. Disiplin atau Konsekuen
Selanjutnya sehubungan dengan ciri-ciri etos kerja tinggi
yang berhubungan dengan sikap moral yaitu disiplin dan konsekuen, atau dalam
Islam disebut dengan amanah. Sikap bertanggungjawab terhadap amanah merupakan
salah satu bentuk akhlaq bermasyarakat secara umum, dalam konteks ini adalah
dunia kerja.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ethos kerja seorang muslim ialah semangat menapaki jalan
lurus, mengharapkan ridha Allah SWT. Etika kerja dalam Islam yang perlu
diperhatikan adalah:
1.
Adanya
keterkaitan individu terhadap Allah sehingga menuntut individu untuk bersikap
cermat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja, berusaha keras memperoleh
keridhaan Allah dan mempunyai hubungan baik dengan relasinya.
2. Berusaha dengan cara yang halal
dalam seluruh jenis pekerjaan.
3. Tidak memaksakan seseorang, alat-alat
produksi atau binatang dalam bekerja, semua harus dipekerjakan secara
professional dan wajar.
4. Tidak melakukan pekerjaan yang
mendurhakai Allah yang ada kaitannya dengan minuman keras, riba dan hal-hal
lain yang diharamkan Allah.
5. Professionalisme dalam setiap
pekerjaan.
B. Saran
Dari
paparan di atas, maka penulis memeberikan saran
1.
Untuk melatih berusaha, dapat dimulai dari hal
kecil. Untuk itu, sebaiknya kita melatihnya mulai sekarang
2.
Dalam berusaha hendaknya usaha yang maksimal
supaya hasilnya juga maksimal. Untuk itu, sebaiknya kita melatih diri kita agar
selalu maksimal dalam berusaha
DAFTAR PUSTAKA
Http://Mambaululumklaten.Com/Hadist-Kebersihan
Belum ada Komentar untuk "MAKALAH TENTANG ETOS KERJA"
Posting Komentar