Naura' Story Part 2 [Keputusan Setengah Mati]
01 November, 2018
Tulis Komentar
#NAURA' STORY PART 2
KEPUTUSAN SETENGAN MATI
Apa yang kalian pikirkan tentang Madrasah Tsanawiyah? Sekolah swasta yang tidak bergengsi sama sekali atau sekolah tempat pembuangan anak-anak nakal yang di keluarkan dari SMP Negeri?
Banyak sekali dari teman-temanku yang berpendapat seperti itu. Bagi mereka, hal yang paling membuat mereka bangga adalah bisa bersekolah di SMP Negeri. Padahal baik tidaknya kualitas prestasi setiap anak tidak bergantung pada sekolahnya, melainkan lebih kepada semangat belajar pribadi diri sendiri. Iya kan?
____________
Malam itu aku benar-benar bingung antara harus memilih Madrasah Tsanawiyah atau SMP?
Aku berbaring di tempat tidurku sambil terus memikirkan hal itu.
"Tok..tok..tok..." ada seseorang yang mengetuk pintu kamar ku Aku langsung bergegas bangun dari tempat tidurku dan membuka pintunya, dan ternyata Ibu. Beliau mengajakku duduk di atas kasur, kemudian mulai berbicara denganku. "Naura, kamu sekolah di Mts saja ya, Rifqi juga sekolah di situ kok." Ibu berusaha membujukku
"Hmm.. tapi mah.." "Nurut saja nak, dari pada kamu terus-terusan bingung seperti ini"
"Hmm.." aku berfikir sejenak "gimana..?"
"Iya.. " akhirnya aku menyetujuinya, meskipun tidak dengan sepenuh hati "Alhamdulillah.. " ibu tersenyum.
_______
Akhirnya hari libur sekolah pun berakhir.
Pagi ini adalah hari pertamaku masuk sekolah. Dengan tetap memakai seragam berwarna merah putih dan berkalung papan nama. Aku berangkat mengayuh sepeda pink kesayangan ku dan menghampiri teman baruku, Putri. Aku mengenal Putri, karena aku sering berkunjung ke rumah kakak ku, dan dia itu tetangga kakak ku. Sejak saat itu, kami jadi sering bermain bersama,entah itu bermain boneka ataupun masak-masakan. Setelah beberapa menit mengayuh sepeda, melewati tanjakan naik turun yang cukup jauh, juga sedikit terguyur rintikan air hujan, kami sampai juga di sekolah.
Dari depan gerbang terlihat semua siswa-siswi calon kakak kelas kami sedang berdoa bersama di dalam Masjid, mereka berseragam putih-putih berpita hijau di bagian lengan bajunya. Iya, itu adalah seragam identitas Mts ini. Aku dan Putri segera memarkirkan sepeda kami dan berjalan memasuki kelas.
"Aduh put, aku lupa ngga pake jilbab.." dengan sangat cemas
"Ngga papa Naura, ayo kita masuk aja .." Putri berusaha menenangkan ku "Tapi aku takut kena marah, yang lain kan pada pake jilbab semua.." Tiba-tiba ada seorang Guru yang mendatangi kami. "Kalian kenapa di luar? ayo masuk, ngga papa. itu temen-temen yang lain udah kumpul semua di kelas. " kata Bu Guru
"Hee,, iya Bu.." kata Putri dengan tersipu malu
Ketika kami masuk ke dalam kelas, yang tadinya terdengar bising sekali dari luar sekarang tiba-tiba menjadi hening, semua mata tertuju kepadaku dan Putri. "Wah, rambutnya panjang banget yah.."
"Siapa tuh.." "Kamu naksir yahh .."
"Ko ngga pake jilbab sih.." Kira-kira begitulah kata mereka yang berkomentar tentang kami.
"Put, kita mau duduk di mana nih?" tanyaku "Mmm...di situ aja yuk." (Putri mengacungkan jarinya ke bangku yang ada di paling belakang) Lalu aku dan Putri segera duduk. Saat kami sedang berbincang, dua anak perempuan yang ada di depan bangku kami membalikkan badannya ke arah belakang. "Hai, nama kamu siapa?" tanya anak perempuan itu kepada Putri "Namaku Putri"
"Kalo kamu?" tanyanya kepada ku "Aku Naura" "Ooohhhhh,, Putri sama Naura. Yayaya, kalo aku Isty dan dia Rena" menengok ke teman sebelahnya
Tak lama setelah berkenalan, kelas menjadi sangat ramai, karena belum ada pembimbing yang masuk ke dalam kelas kami. Ada yang saling melempar kertas, mengobrol sendiri-sendiri, dan ada juga yang ribut di belakang kelas. "Eh, kamu ngapain sih jahilin aku terus..!" tegas seorang anak perempuan bertubuh kecil itu "Biarin we, suka-suka aku donk.." kata seorang anak lelaki dengan nada meledek Lama-kelamaan anak perempuan itu geram di buatnya, dan segera bangun dari tempat duduknya menghampiri anak laki-laki itu.
"Ishh,, " anak perempuan itu mencubit keras tangan anak laki-laki itu "Aww.. sakit, ampun..ampun." meringis kesakitan "Rasain, huh"
"Galak amat sih jadi cewe" "Biarin..!" lalu anak perempuan itu pergi dan kembali ke tempat duduknya. Tidak lama setelah itu, datang lima kakak senior berbaju OSIS masuk ke dalam kelas kami. "Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." mereka mengucap salam "Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." jawab kami serentak Mereka mengenalkan diri satu persatu, dan menceritakan pengalaman mereka bersekolah di sini. Ketika senior sedang bercerita, ada dua anak yang dari tadi tidak bisa diam. Mereka mengobrol dan bercanda sendiri-sendiri. "Hey, kamu sini..maju ke depan, gantiin kakak di depan..! " tegur salah satu senior kepada dua anak itu
Dua anak itu malah cekikikan, dengan santainya mereka bergegas maju ke depan. "Siapa nama kamu." tanya salah satu kakak senior "Riky kak"
"Kalo kamu?" melirik ke sebelah Riky "Saya Aji kak.." Bahkan sudah di depan kakak senior pun mereka tetap ketawa ketiwi sendiri, benar-benar besar nyali kedua anak itu.
"Kenapa dari tadi kalian ketawa terus, ada yg lucu?" "Nggaa kak.." mereka berdua menggeleng-gelengkan kepala "Sekarang kalian nyanyi" pinta kakak senior
"Nyanyi apaan..?" mereka bingung "Yah, terserah kalian." (kedua anak-anak itu saling berbisik-bisik)
"Eh,nyanyi apa nih?" "Gimana kalo nyanyi C.I.N.T.A"
"Oke, ayo.." "Gimana nih, mau nyanyi apa? "C.I.N.T.A kak."
"Ya udah cepet nyanyi." (Mereka berdua mengambil nafas dan mulai bernyanyi) Berapa kali ku harus katakan cinta
berapa lama ku harus menunggumu
Diujung gelisah ini aku tak sedetikpun tak ingat kamu namun dirimu masih begitu
acuhkanku tak mau tahu (*)
Luka, luka, luka yang kurasakan bertubi, tubi, tubi
engkau berikan cinta ku bertepuk sebelah tangan
tapi aku balas senyum keindahan Reff : Bertahan satu cinta
bertahan satu C.I.N.T.A bertahan satu cinta
bertahan satu C.I.N.T.A "prok..prok..prok.." ramai suara tepuk tangan seisi kelas
"suuiiitt..suiitttt.." beberapa di antaranya bersiul
"Oke, sekarang kalian boleh duduk." "Terimakasih kak,," (mereka berdua kembali ke tempat duduk)
_________
"Teeetttt..teeettttttt..." bel istirahat berbunyi
Saat bel istirahat ke satu berbunyi, kami bukan keluar kelas untuk jajan. Melainkan sholat Dhuha berjama'ah terlebih dahulu di Masjid. Seusai mengimami, Pak Kyai duduk bersila lalu membalikkan badannya. Kemudian Beliau berpidato sebentar dan menyampaikan sebuah pesan kepada kami. "Anak-anak ku, jadilah gelas kosong, yang selalu berharap air mengisi, namun tetap tidak pernah penuh.” jadi begini,
Gelas kosong itu adalah perumpamaan seorang penuntut ilmu yang haus akan keilmuan. Tidak pernah merasa puas, selalu ingin diisi dan diisi... Merasa penuh adalah sombong, yang hanya membuat ilmu itu tidak masuk ke hati, mungkin masuk telinga kanan dan keluar dari telinga kiri. Namun ada yang perlu kita perhatikan. Gelas kosong bisa diisi dengan air apa saja. ketika diisi dengan air jernih, maka gelas itu masih terlihat jernih. Saat diisi dengan air susu, gelas itu penuh dengan susu. Waktu diisi dengan air kopi, gelas itu terisi dengan kopi. Artinya, apa saja bisa masuk mengisi gelas kita. Hikmahnya, hati-hati ketika mengisi, carilah air yang bersih, bukan air yang kotor. "Faham?" tanya beliau ke seluruh santri. "Fahaaaaamm.." seluruh santri menjawab secara serentak. "Sekian dari saya.. wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh" (beliau mengakhiri pidatonya dan meninggalkan masjid)
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" (jawab seluruh santri)
Kemudian semuanya berhamburan keluar masjid.
Oleh : Mutia Solikhah
Special Thanks
-Kak Mutia Solikhah dan keluarga (semoga bapaknya yang sedang sakit lekas sembuh)
-Ibu yg telah membuatkan kopi.
-Adik yang memani.
-blogger
-Add Fauzi Ambivert(Fb)
-Add Mutia Solikhah(Fb)
-google.id
KEPUTUSAN SETENGAN MATI
Apa yang kalian pikirkan tentang Madrasah Tsanawiyah? Sekolah swasta yang tidak bergengsi sama sekali atau sekolah tempat pembuangan anak-anak nakal yang di keluarkan dari SMP Negeri?
Banyak sekali dari teman-temanku yang berpendapat seperti itu. Bagi mereka, hal yang paling membuat mereka bangga adalah bisa bersekolah di SMP Negeri. Padahal baik tidaknya kualitas prestasi setiap anak tidak bergantung pada sekolahnya, melainkan lebih kepada semangat belajar pribadi diri sendiri. Iya kan?
____________
Malam itu aku benar-benar bingung antara harus memilih Madrasah Tsanawiyah atau SMP?
Aku berbaring di tempat tidurku sambil terus memikirkan hal itu.
"Tok..tok..tok..." ada seseorang yang mengetuk pintu kamar ku Aku langsung bergegas bangun dari tempat tidurku dan membuka pintunya, dan ternyata Ibu. Beliau mengajakku duduk di atas kasur, kemudian mulai berbicara denganku. "Naura, kamu sekolah di Mts saja ya, Rifqi juga sekolah di situ kok." Ibu berusaha membujukku
"Hmm.. tapi mah.." "Nurut saja nak, dari pada kamu terus-terusan bingung seperti ini"
"Hmm.." aku berfikir sejenak "gimana..?"
"Iya.. " akhirnya aku menyetujuinya, meskipun tidak dengan sepenuh hati "Alhamdulillah.. " ibu tersenyum.
_______
Akhirnya hari libur sekolah pun berakhir.
Pagi ini adalah hari pertamaku masuk sekolah. Dengan tetap memakai seragam berwarna merah putih dan berkalung papan nama. Aku berangkat mengayuh sepeda pink kesayangan ku dan menghampiri teman baruku, Putri. Aku mengenal Putri, karena aku sering berkunjung ke rumah kakak ku, dan dia itu tetangga kakak ku. Sejak saat itu, kami jadi sering bermain bersama,entah itu bermain boneka ataupun masak-masakan. Setelah beberapa menit mengayuh sepeda, melewati tanjakan naik turun yang cukup jauh, juga sedikit terguyur rintikan air hujan, kami sampai juga di sekolah.
Dari depan gerbang terlihat semua siswa-siswi calon kakak kelas kami sedang berdoa bersama di dalam Masjid, mereka berseragam putih-putih berpita hijau di bagian lengan bajunya. Iya, itu adalah seragam identitas Mts ini. Aku dan Putri segera memarkirkan sepeda kami dan berjalan memasuki kelas.
"Aduh put, aku lupa ngga pake jilbab.." dengan sangat cemas
"Ngga papa Naura, ayo kita masuk aja .." Putri berusaha menenangkan ku "Tapi aku takut kena marah, yang lain kan pada pake jilbab semua.." Tiba-tiba ada seorang Guru yang mendatangi kami. "Kalian kenapa di luar? ayo masuk, ngga papa. itu temen-temen yang lain udah kumpul semua di kelas. " kata Bu Guru
"Hee,, iya Bu.." kata Putri dengan tersipu malu
Ketika kami masuk ke dalam kelas, yang tadinya terdengar bising sekali dari luar sekarang tiba-tiba menjadi hening, semua mata tertuju kepadaku dan Putri. "Wah, rambutnya panjang banget yah.."
"Siapa tuh.." "Kamu naksir yahh .."
"Ko ngga pake jilbab sih.." Kira-kira begitulah kata mereka yang berkomentar tentang kami.
"Put, kita mau duduk di mana nih?" tanyaku "Mmm...di situ aja yuk." (Putri mengacungkan jarinya ke bangku yang ada di paling belakang) Lalu aku dan Putri segera duduk. Saat kami sedang berbincang, dua anak perempuan yang ada di depan bangku kami membalikkan badannya ke arah belakang. "Hai, nama kamu siapa?" tanya anak perempuan itu kepada Putri "Namaku Putri"
"Kalo kamu?" tanyanya kepada ku "Aku Naura" "Ooohhhhh,, Putri sama Naura. Yayaya, kalo aku Isty dan dia Rena" menengok ke teman sebelahnya
Tak lama setelah berkenalan, kelas menjadi sangat ramai, karena belum ada pembimbing yang masuk ke dalam kelas kami. Ada yang saling melempar kertas, mengobrol sendiri-sendiri, dan ada juga yang ribut di belakang kelas. "Eh, kamu ngapain sih jahilin aku terus..!" tegas seorang anak perempuan bertubuh kecil itu "Biarin we, suka-suka aku donk.." kata seorang anak lelaki dengan nada meledek Lama-kelamaan anak perempuan itu geram di buatnya, dan segera bangun dari tempat duduknya menghampiri anak laki-laki itu.
"Ishh,, " anak perempuan itu mencubit keras tangan anak laki-laki itu "Aww.. sakit, ampun..ampun." meringis kesakitan "Rasain, huh"
"Galak amat sih jadi cewe" "Biarin..!" lalu anak perempuan itu pergi dan kembali ke tempat duduknya. Tidak lama setelah itu, datang lima kakak senior berbaju OSIS masuk ke dalam kelas kami. "Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." mereka mengucap salam "Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." jawab kami serentak Mereka mengenalkan diri satu persatu, dan menceritakan pengalaman mereka bersekolah di sini. Ketika senior sedang bercerita, ada dua anak yang dari tadi tidak bisa diam. Mereka mengobrol dan bercanda sendiri-sendiri. "Hey, kamu sini..maju ke depan, gantiin kakak di depan..! " tegur salah satu senior kepada dua anak itu
Dua anak itu malah cekikikan, dengan santainya mereka bergegas maju ke depan. "Siapa nama kamu." tanya salah satu kakak senior "Riky kak"
"Kalo kamu?" melirik ke sebelah Riky "Saya Aji kak.." Bahkan sudah di depan kakak senior pun mereka tetap ketawa ketiwi sendiri, benar-benar besar nyali kedua anak itu.
"Kenapa dari tadi kalian ketawa terus, ada yg lucu?" "Nggaa kak.." mereka berdua menggeleng-gelengkan kepala "Sekarang kalian nyanyi" pinta kakak senior
"Nyanyi apaan..?" mereka bingung "Yah, terserah kalian." (kedua anak-anak itu saling berbisik-bisik)
"Eh,nyanyi apa nih?" "Gimana kalo nyanyi C.I.N.T.A"
"Oke, ayo.." "Gimana nih, mau nyanyi apa? "C.I.N.T.A kak."
"Ya udah cepet nyanyi." (Mereka berdua mengambil nafas dan mulai bernyanyi) Berapa kali ku harus katakan cinta
berapa lama ku harus menunggumu
Diujung gelisah ini aku tak sedetikpun tak ingat kamu namun dirimu masih begitu
acuhkanku tak mau tahu (*)
Luka, luka, luka yang kurasakan bertubi, tubi, tubi
engkau berikan cinta ku bertepuk sebelah tangan
tapi aku balas senyum keindahan Reff : Bertahan satu cinta
bertahan satu C.I.N.T.A bertahan satu cinta
bertahan satu C.I.N.T.A "prok..prok..prok.." ramai suara tepuk tangan seisi kelas
"suuiiitt..suiitttt.." beberapa di antaranya bersiul
"Oke, sekarang kalian boleh duduk." "Terimakasih kak,," (mereka berdua kembali ke tempat duduk)
_________
"Teeetttt..teeettttttt..." bel istirahat berbunyi
Saat bel istirahat ke satu berbunyi, kami bukan keluar kelas untuk jajan. Melainkan sholat Dhuha berjama'ah terlebih dahulu di Masjid. Seusai mengimami, Pak Kyai duduk bersila lalu membalikkan badannya. Kemudian Beliau berpidato sebentar dan menyampaikan sebuah pesan kepada kami. "Anak-anak ku, jadilah gelas kosong, yang selalu berharap air mengisi, namun tetap tidak pernah penuh.” jadi begini,
Gelas kosong itu adalah perumpamaan seorang penuntut ilmu yang haus akan keilmuan. Tidak pernah merasa puas, selalu ingin diisi dan diisi... Merasa penuh adalah sombong, yang hanya membuat ilmu itu tidak masuk ke hati, mungkin masuk telinga kanan dan keluar dari telinga kiri. Namun ada yang perlu kita perhatikan. Gelas kosong bisa diisi dengan air apa saja. ketika diisi dengan air jernih, maka gelas itu masih terlihat jernih. Saat diisi dengan air susu, gelas itu penuh dengan susu. Waktu diisi dengan air kopi, gelas itu terisi dengan kopi. Artinya, apa saja bisa masuk mengisi gelas kita. Hikmahnya, hati-hati ketika mengisi, carilah air yang bersih, bukan air yang kotor. "Faham?" tanya beliau ke seluruh santri. "Fahaaaaamm.." seluruh santri menjawab secara serentak. "Sekian dari saya.. wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh" (beliau mengakhiri pidatonya dan meninggalkan masjid)
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" (jawab seluruh santri)
Kemudian semuanya berhamburan keluar masjid.
Oleh : Mutia Solikhah
Special Thanks
-Kak Mutia Solikhah dan keluarga (semoga bapaknya yang sedang sakit lekas sembuh)
-Ibu yg telah membuatkan kopi.
-Adik yang memani.
-blogger
-Add Fauzi Ambivert(Fb)
-Add Mutia Solikhah(Fb)
-google.id
Belum ada Komentar untuk "Naura' Story Part 2 [Keputusan Setengah Mati]"
Posting Komentar