Mengagumi Dalam Diam [Naurah'Story Part 7]

#Naura'Story Part7


MENGAGUMI DALAM DIAM

    Ujian tengah semester telah usai. Seperti tahun-tahun sebelumnya, sekolah kami selalu mengadakan berbagai macam perlombaan antar kelas. Entah itu Olahraga, Karya Sastra, Karya seni dan lain sebagainya. Mungkin ini bisa di jadikan sebagai wahana hiburan bagi para murid, yang sudah terlalu kenyang mengerjakan lembar demi lembar kertas berisi beragam pertanyaan-pertanyaan, yang harus di jawab dengan uraian kata sedemikian rupa, dan itu membuat mesin otak mereka cukup penat.
_______
   Jam dinding menunjukkan pukul 12.30, kami baru saja selesai sholat dzuhur berjamaah di Masjid, lalu istirahat sejenak dan kembali ke dalam kelas masing-masing.
   Bu Marwa, selaku wali kelas kami kini tengah duduk di meja Guru. Beliau menyilangkan kakinya sambil membolak-balikan daftar absen yang ada di tangannya. Bola matanya bergerak naik turun, melihat deretan nama anak didiknya dengan seksama. Lalu tangannya mengambil sebuah pulpen merah dan membuat sedikit oret-oretan di atas secarik kertas. Beliau mengangguk-angguk pelan dan menghela nafas, kemudian di tutupnya buku absen itu.

"Anam..." Bu Guru memanggil anam dengan suara lantang
"Iya..?" dia menyaut dengan wajah yang penuh dengan tanda tanya
"kamu ikut lomba pidato bahasa Arab ya," pinta Bu Marwa
"Iya, Bu." dia mengangguk
"Naura, kamu ikut seni kaligrafi,"
(seketika keningku mengkerut, dan bibirku melongo, seolah tidak yakin bisa mengikuti lomba itu)
"Iya, Bu," aku pasrah dan mengiyakannya
"Rifqi, kamu ikut seni lukis,"
"Raihan, kamu ikut lomba Adzan,"
...........................
(semuanya mengangguk, dan menerima tugas dari Bu Marwa)
_________
    Pagi itu, semua murid telah siap bertempur di lapangan perlombaan. Gemuruh suara teriak memberi semangat dan tepuk tangan telah meramaikan seisi sekolah. Meskipun tidak begitu yakin akan menang. Namun, kami tetap menikmati perang saudara antar kelas ini.

"Kepada siswa-siswi yang mengikuti lomba lukis dan kaligrafi, bisa langsung berkumpul di kelas sembilan B." (terdengar suara Pak Guru yang menyampaikan sebuah pengumuman melalui soundsystem)

"Naura, ayo.." ajak Rifqi sembari melambaikan tangan dari kejauhan
"Iya, Rif..." aku mengangguk dan bergegas lari

Seketika langkah kakiku terhenti, karena mendengar suara yang begitu merdu dari dalam Masjid. Dan aku mencoba mengintip sebentar dari luar.

"Masya Allah, ternyata Raihan?" aku terkagum.

Kemudian ku lanjutkan lagi langkah kakiku, dan segera masuk ke dalam kelas. Ternyata pesertanya cukup banyak, di sini aku harus bersaing dengan kakak dan adik kelasku.
Ketika semuanya sedang asyik sendiri dengan pensilnya masing-masing dan saling bertakjub kagum satu sama lain.  Pak Kyai masuk ke dalam kelas, berjalan dari bangku ke bangku melihat hasil karya kami, sambil tersenyum tipis dan sedikit mengangguk-angguk. Itu tanda Beliau cukup puas dengan karya santri-santrinya.
________
Dua hari setelah perlombaan selesai,

    Semua murid berkumpul di serambi masjid. Karena pada hari ini Panitia akan mengumumkan hasil kejuaraan dari setiap pertandingan yang telah di adakan kemarin.
    Pak panitia berdiri di atas podium sambil memegang secarik kertas. Beliau membenarkan kaca mata yang di pakainya dan mulai membaca isi yang ada di kertas itu.
   Ketika sang juara kaligrafi di umumkan, aku sama sekali tidak berfikir bahwa aku akan menang, dan alunan bunyi detak jantungku pun terdengar biasa saja. Tidak gelisah, tidak berharap, tidak pula menantikan.

"Juara 3, Muhammad Syafiq dari kelas tujuh B," sang panitia mengumumkan dari yang terbelakang
"Juara 2, Afif Zanuar Pratama dari kelas sembilan A,"
Mereka melangkahkan kaki, dengan wajah berseri-seri penuh kebahagiaan, lalu menempatkan diri di dekat meja yang bertumpukan banyak hadiah di atasnya. Tak tertinggal suara tepuk tangan dari teman-teman sekelasnya yang merasa bangga atas apa yang telah mereka capai.
"Juara 1 ......" menunda sejenak
"Naura Putri Zulaikha, dari kelas delapan A.."
Bukannya senang, aku malah bingung dan tidak percaya. "kok bisa aku jadi juara satunya ya? perasaan punya kakak-kakak kelasku banyak yang bagus?" aku berasa sedang bermimpi
"Naura Putri..?" Pak panitia memanggilku lagi.
Akhirnya aku melangkah maju ke depan, dan menerima hadiah dari Bu Guru.

"Selamat ya..." Bu Aini tersenyum padaku. suaranya sangat lembut
"Terimakasih, Bu Guru." Ucapku, sambil menyalami tangannya

Setelah itu aku kembali ke tempat dudukku tadi.

"Ciiyyeee.. yang juara satu.."
"Selamat yaa.."
"Makan-makan nih.."
"Buka dong Ra, hadiahnya.."
(begitulah ledek teman-temanku)
_______
Selang beberapa menit, juara dari lomba Adzanpun di umumkan.

"Juara 1, Rayhan Althaf Ashari dari kelas delapan A."
"Hah? Raihan?" lagi-lagi aku di buat kagum olehnya.

  Raihan, betapa beruntungnya, dia yang memilikimu.

1 Komentar untuk "Mengagumi Dalam Diam [Naurah'Story Part 7]"

  1. As reported by Stanford Medical, It is really the ONLY reason this country's women get to live 10 years more and weigh 42 lbs lighter than we do.

    (Just so you know, it has NOTHING to do with genetics or some secret diet and EVERYTHING to do with "how" they are eating.)

    BTW, I said "HOW", and not "what"...

    Tap this link to find out if this short test can help you discover your true weight loss possibilities

    BalasHapus
Terima kasih komentarnya FE Learners

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel